Traveling To SR Jember Part 1 : Ikutan Swap Ala SR Jawa Timur

August 18, 2017

TRAVEL & ADVENTURE

MY JOB MY ADVENTURE
TRIP TO SEDEKAH ROMBONGAN JEMBER, REK...

PART #1 (DAY 1)
IKUTAN SWAP ALA SR JAWA TIMUR


PERJALANAN LIPUTAN SAYA KE SEDEKAH ROMBONGAN JEMBER, JAWA TIMUR, DIMULAI PADA SELASA PAGI, 18 APRIL 2017. DARI STASIUN TUGU YOGYAKARTA, BERSAMA BOY ADISAKTI, REKAN SESAMA REPORTER, SAYA BERANGKAT MENUJU JEMBER MENUMPANG GERBONG BISNIS KA RANGGAJATI.

Kereta melaju lambat-lambat, ia pun harus berhenti sejenak di peron-peron stasiun kecil sepanjang delapan jam perjalanan ke Jember. Bikin capek...  Awalnya kami dijadwalkan turun di Stasiun Jember. Tapi, Kurir Sedekah Rombongan dari beberapa kota rupanya punya agenda berkumpul di Probolinggo. Seolah tak mau ketinggalan moment tersebut, kami memutuskan untuk turun di Stasiun Probolinggo saja –tentu setelah berkoordinasi dengan rekan kurir lainnya dan juga shinta, salah satu reporter yang sudah tiba duluan di sana...

JAM TUJUH-AN MALAM, SAYA DAN BOY MENGINJAKKAN KAKI DI PROBOLINGGO.
STASIUN KECIL TEMPAT KAMI TURUN ITU TAMPAK LENGANG, TAPI TERLIHAT BEBERAPA TURIS BACKPACKER MANCANEGARA BERSELIWERAN DI SANA.
Mungkin, mereka bakal naik ke Gunung Bromo. Konon, akses ke Gunung Bromo via Probolinggo memang jalur paling populer dibandingakan dengan jalur lain, misalnya dari Malang atau Pasuruan. Hhmmm, saya belum pernah ke sana sih tapi semoga lain waktu ada kesempatan naik ke Gunung Bromo. Aamiin... Oke, balik ke cerita lagi yah...

Saya lega banget karena perjalanan naik kereta ini berakhir juga. Saya dan Boy lalu berjalan keluar stasiun, sembari saling bertanya, Siapa yang menjemput kami?? Harus kemana setelah ini???
Belum berakhir rasa penasaran kami, begitu tiba di pintu keluar, seseorang menyambut kami, di tas mungilnya ia mengenakan aksesoris pin berlogo Sedekah Rombongan. Nah, think moment-nya pas banget! Dari pin itu kami tahu bahwa ia adalah Kurir Sedekah Rombongan. Belakangan kami baru berkenalan dan mengetahui namanya yaitu Cak Firman, Kurir SR Probolinggo.

INILAH SALAH SATU KEISTIMEWAAN DI SEDEKAH ROMBONGAN. RASA KEKELUARGAAN DIANTARA PARA KURIR BEGITU ERAT.

Meski belum saling kenal atau belum pernah bertemu sebelumnya, namun sesama kurir bisa langsung akrab dan dekat sejak perjumpaan perdana. Begitu pula yang terjadi pada kami malam itu...

Cak Firman menjemput kami di stasiun, lalu membawa kami ke warung kopi miliknya yang jaraknya tak terlalu jauh dari stasiun, hanya tiga menit perjalanan. Saya dan Boy kemudian istirahat di Warkop Sinchan, warung kopi milik Cak Firman. Olehnya kami disuguhi kopi sekaligus makan malam yang nikmat buatan mama mertuanya. Saya minum es jeruk & air putih (soalnya saya nggak ngopi, hehe). Sembari menunggu kawan-kawan datang, kami ngobrol seputar pergerakan Sedekah Rombongan di Jember, Bondowoso, dan Probolinggo, pada khususnya.

CAK FIRMAN KEMUDIAN MENJELASKAN, MALAM ITU AKAN ADA SWAP.
YAITU BERKUMPULNYA KAWAN-KAWAN KURIR DARI TIGA WILAYAH SR, SR MALANG, SR JEMBER, DAN SR SURABAYA.

Swap sendiri sebenarnya adalah salah satu trik dalam melakukan estafet pasien, baik dalam kegiatan mengantar maupun menjemput pasien. Swap digagas oleh tiga wilayah regional SR Jawa Timur, yaitu SR Jember, SR Malang, dan SR Surabaya, dan sudah dimulai sejak tahun 2015 lalu. Probolinggo merupakan titik trategis dari tiga daerah tersebut, digunakan sebagai tempat meet poin. Makanya, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR), ambulans kebanggaan kami, kerap terlihat parkir di depan Warkop Sinchan.

SETIAP SWAP, MTSR BERGERAK MEMBAWA PASIEN DAMPINGAN DARI TIGA KOTA TERSEBUT. TUJUANNYA BERBEDA-BEDA...
Ada pasien yang dijemput dari rumah tinggal untuk dibawa ke rumah singgah, karena ada jadwal berobat ke rumah sakit di luar kota. Ada pula pasien yang diantar dari rumah singgah ke rumah tinggal karena jadwal pengobatan di rumah sakit sudah selesai. Rutenya juga bervariasi, ada dari Bondowoso ke Surabaya, Malang ke Surabaya, Jember ke Surabaya, atau sebaliknya, atau variasi lainnya...

Ya, pokoknya gitu deh, jadwalnya selalu berbeda-beda, biasanya kalo’ ada jadwal swap yang pusing kurirnya deh karena harus saling tukar informasi, hihihi. Tapi, daripada bergerak sendiri, tiga wilayah ini memilih saling berkoordinasi dan berkolaborasi supaya kerja kurir dan pergerakan mobil tanggap lebih efisien. Mereka pun ‘memotong’ rute perjalanan dengan bertemu di titik strategis, Kota Probolinggo, dan bertukar pasien di sana.


SEPERTI MALAM ITU...
SR SURABAYA DATANG PERTAMA KALI BERSAMA LUCY, SI MOBIL TANGGAP DARI KOTA PAHLAWAN.


Seingat saya, ada Ditta, Mas Angga, dan Kang Khusen, Kurir SR Surabaya, yang malam itu mengantar/menjemput pasien.
*Hehehe maklum yah kalo’ lupa~ soalnya tulisan ini dibuat jauh setelah perjalanan ke Jember. Lalu menyusul SR Bondowoso, ‒yang pergerakannya masih di bawah SR Jember, datang bersama Cio, MTSR Jember. Cio ditunggangi oleh Yudha Komeng (nama beken) –saya memanggilnya dengan sebutan Kak Yudha.

Lalu SR Malang datang dengan MTSR Luxio juga (saya nggak tau namanya), datang bersama sang koordinator wilayah, Faiz Faeruz, dan (sepertinya) bersama kurir lainnya tapi sya nggak begitu kenal, waktu itu kenalan tapi habis itu lupa lagi, hehehe. Dan terakhir SR Jember datang bersama mobil tanggap baru, waktu itu sih belum dikasih nama... Tapi, *aahhh bagian ini skip dulu yah biar bisa diceritakan di part berikutnya...

Kurir SR Jember yang datang yaitu Cak Yudho, Koordinator Wilayah SR Jember, dan satu lagi kurir lainnya *lagi-lagi saya nggak inget, mungkin saking banyaknya orang waktu itu (halah, bilang aja lupa...). Mereka juga membawa serta Shinta Wuri H., reporter kami yang melakukan pelanggaran karena berangkat duluan ke sana (haha!).


EMPAT MTSR BERJAJAR KEREN DI DEPAN WARUNG KOPI. PARA KURIR, PASIEN, DAN KELUARGA PASIEN TURUN UNTUK BERISTIRAHAT SEJENAK.
Saya salut, Cak Firman dan keluarganya juga menyediakan makanan dan minuman buat para kurir dan pasien dampingan, dan keluarga mereka juga tentunya. Nggak tanggung-tanggung, ini makan besar loh (baca: makan nasi pake sayur dan lauk pauk)...

Saya dan boy yang datang duluan sampai di disuguhin dua kali, dan saya terpaksa nolak. Bukan karena nggak punya sopan santun yah, tapi emang lambung udah full... Sembari istirahat, kurir-kurir saling koordinasi, dan gojek kere tentunya, hahaha! *dimana-mana gojekan Kurir SR tuh kere semua, eerrr... Tapi karena gojek-nya pake bahasa timuran atau kalo’ shinta nyebutnya english tremor jadinya saya nggak ngerti...^^

Para kurir bergerak kembali ke wilayah masing-masing menjelang tengah malam. Saya dan Boy, bersama Shinta, ikut Kurir SR Jember, juga menuju ke Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Jember, karena kami memang akan menginap di rumah singgah selama melakukan reportase di Jember. Tapi sebelum itu kami memulangkan pasien dulu ke daeraahhh... - - - (Em, itu tadi bukan sensor yah, tapi emang saya nggak tau nama daerahnya...). Maklum, nyawa saya tinggal setengah, eh seperempat malahan...

Pokoknya mata saya udah nggak kuat melek, kalo’ diajak ngobrol juga udah enggak konek... Waktu itu tu, pengennya cepet-cepet sampe ke rumah singgah biar bisa istirahat. Padahal beres nganter pasien, masih harus ke rumah kurir, nganter kurir ceritanya, setelah itu pilot diambil alih oleh Cak Yudho. Untungnya setelah itu saya tidur di mobil *meski cuma tidur-tidur ayam, dan begitu buka mata lebar tau-tau udah di halaman depan rumah singgah. Sampai kamar langsung klipuk saking capeknya, kayaknya waktu itu juga udah jam dua-an pagi...

Terus paginya alamat bangunnya kesiangan, hahaha bener-bener deh kelakuan minus amat... (tutup muka). Meski perjalanan di hari pertama itu tidak terhitung sebagai hari liputan, nyatanya mata hati saya melihat sesuatu yang tidak dapat terdiskripsikan sempurna, yaitu ketulusan para kurir dalam melayani dhuafa. Dari malam hingga fajar menjelang, mereka setia bergerak di jalanan demi menghadirkan kenyamanan bagi pasien dhuafa...

Di hari kedua, ketiga, dan seterusnya... juga menyisakan kisah dan pengalaman yang nggak terlupakan bagi saya... Nah! Kayaknya cerita ini harus saya sambung ke part berikutnya yah, soalnya artikel part ini udah kepanjangan.

To be continued...
Salam, Nisya Rifiani...

*Hasil liputan saya selama reportase di SR Jember, bisa kamu baca di Majalah Tembus Langit SR Volume 19. Jangan lupa mampir ke laman lanjutan cerita ini hanya di blog kesayangan saya *ketjup manis.

‒ Teks by :: Nisya Rifiani / Juni 2017 ‒
:: Please don’t copy any materials in this blog without permission ::

You Might Also Like

2 comments

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe