Jurnal Perjalanan Liputan ke Sorong, Papua Barat (Part1) - Bertugas Sejenak di Bumi Cendrawasih

June 26, 2018


TRAVEL AND ADVENTURE

JURNAL PERJALANAN LIPUTAN KE SORONG, PAPUA BARAT

[ PART 1 ]

BERTUGAS SEJENAK DI BUMI CENDRAWASIH


Saya dan Shinta, ‒partner reporter, bertolak dari Jogja ke Sorong (23/04/2018). Perjalanan ini merupakan rangkaian liputan Pergerakan Sedekah Rombongan di Sorong, Papua Barat. Si burung besi mengudara sekitar pukul 21.45, malam, berangkat dari Lapangan Udara Adi Sutjipto Yogyakarta. Sempat transit sekali di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin (Makassar).

Hanya empat jam kami menginjak tanah Makassar. Kami tiba keesokan harinya (24/04/2018), di Kota Sorong, pukul 7.30 waktu setempat.

Ini pertama kali bagi saya (dan shinta) menginjakkan kaki di Bumi Cendrawasih...

DAY 1 

BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK


BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK adalah tempat pertama yang kami jejaki. Pun ketika akan kembali nanti, adalah tempat terakhir yang akan kami tapaki. Bandaranya cukup besar, eksterior bangunan simetris kanan-kiri, dengan aksen warna ungu. Beberapa ornamen interior bangunan dihiasi gambar burung cendrawasih yang cantik (maaf, nggak motret). Bandaranya juga bersih, alur dan akses untuk para calon penumpang maupun pendatang pun rapi dan runtut.

#

RSUD SELE BE SOLU KOTA SORONG


Alhamdulillah, dikasih kesempatan visit salah satu Pasien Dampingan SR Sorong, yang sedang rawat inap di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong. Seorang pasien anak bernama Aprilia, usianya 8 tahun, dia mengalami luka bakar parah di bagian kaki sehingga terpaksa harus diamputasi sebatas pergelangan kaki, ‒pada kedua kakinya. Kasihan, mungkin itu yang terbesit di benak kita, tapi dia tetap menjalani hari-harinya dengan ceria. RSUD Sele Be Solu Kota Sorong sendiri tak ubahnya rumah sakit di lain tempat. Aku sempat meminta tolong shinta untuk memotretku di depan rumah sakit.

#

KLAWASI, DISTRIK SORONG BARAT, KABUPATEN SORONG


Kali ini kami mengunjungi salah satu Pasien Dampingan Sedekah Rombongan Sorong ke rumah mereka, yaitu di daerah Klawasi, Distrik Sorong Barat, Kabupaten Sorong. Di tempat ini banyak ditemukan rumah yang berada di atas lautan, masyarakat setempat (dan yang menempatinya) menyebutnya “Rumah Berlabuh”. Pun dengan rumah pasien dampingan yang kami kunjungi, yaitu rumah Mama Rosmina Paide. Untuk mencapai rumahnya, dari tepi jalan aku harus menyusuri jembatan kayu. Bagaimana cerita selengkapnya?

Baca Juga :

#

WARUNG TAMPA MAKANG


Hari pertama kami kulineran di sebuah warung sederhana, namanya Warung Tampa Makang. Di sini menyediakan makanan khas daerah, ‒terutama yang berbahan dasar ikan. Ada juga menu yang berasal dari daerah lainnya seperti dari Makassar. Aku, shinta, dan teman-teman relawan, memesan menu lema bakar rica, yang terdiri dari nasi, ikan bakar, ca kangkung, ketimun, sambal terasi, dan sambal colo-colo. Sorenya, kami sempat berburu durian, pedagang durian banyak ditemukan di pinggiran jalan sepanjang jalan ke bandara.

#

RUMAH SINGGAH SEDEKAH ROMBONGAN (RSSR) SORONG DAN MOBIL TANGGAP SEDEKAH ROMBONGAN (MTSR) SORONG


RSSR adalah tempat menginap kami, ‒aku dan shinta, selama liputan di Kota Sorong. Sebenernya ada budget untuk menyewa hotel. Tapi, reporter sukanya ngirit *cetak tebal* karena situasi dan kondisi yang berhubungan dengan transportasi dan mobilitas kurir akhirnya kami memutuskan untuk stay di RSSR. Selama di rumah singgah kami ditemani oleh dua pasien dan keluarga yang mendampingi mereka. Untuk transportasi selama liputan kami menggunakan MTSR.

#

DAY 2

Liputan kami berlanjut di hari ke-2.
Seusai sarapan pagi menjelang siang, kami dijadwalkan melawat ke RSUD Kabupaten Sorong. Mendung menggelantung selama perjalanan menuju ke sana. Sesaat setelah tiba, hujan rintik-rintik mulai membasahi Bumi Cendrawasih. Pas sekali!

RSUD KABUPATEN SORONG


RSUD Kabupaten Sorong terletak di Aimas, sekitar dua puluh menit perjalanan dari RSSR Sorong. Rumah sakit ini baru beroperasi mulai tahun ini, belum semua poli yang buka, namun kami sengaja berkunjung kemari untuk mendampingi Riki Rolland, Pasien Dampingan SR Sorong, kala berobat. Rombongan kami pun mengantar pulang pasien dan keluarganya ke rumah mereka.

#


TANAH KUNING-MERAH, salah satu jenis tanah di Kota Sorong adalah tanah fudsolik kuning-merah, yang banyak terdapat di kawasan Distrik Sorong Timur ‒seperti hamparan tanah tempat saya berpijak ini. Kami tengah mengantar pulang Riki Roland, salah satu Pasien Dampingan Sedekah Rombongan Sorong. Inilah hamparan halaman rumah mereka, tanah kuning-merah yang gersang. Tak jauh dari sana, ada bukit-bukit kecil dengan jenis tanah kuning-merah yang sama, ‒di bukit kecil di belakang saya warna tanahnya lebih merah.

#

RUMAH RATNA JARE

REMU SELATAN, KOTA SORONG

Dokumentasi : aku dan shinta di rumah Ratna Jare.

Seusai mengantar pulang pasien, rombongan segera bertolak ke rumah salah satu Pasien Dampingan Sedekah Rombongan Sorong, yaitu ke rumah Ratna Jare. Ibu tua yang berasal dari keluarga pra sejahtera ini menempati sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu.

#

WARUNG MIE AYAM TENDA


Lapar, kami pun mencari makan siang, teman-teman memwaka kami ke sebuah warung mie ayam. Warung mie yang kami kunjungi sebenernya cuma warung mie ayam tenda biasa, pedagangnya orang jawa. Tapi, alasan kenapa aku memasukkan kuliner ini dalam catatan perjalanan adalah penyajian mie ayam di sini memiliki ciri khas. Penjualnya menyediakan banyak potongan jeruk, *rasa, warna, dan bentuknya seperti jeruk lemon tapi ukurannya lebih kecil. Jadi, orang-orang di sini menikmati mie ayam dengan campuran air jeruk. Soal rasa, aku masih suka cita rasa mie ayam yang ada di jawa...

#

KLASABI, SORONG KOTA


Hari ini, masih ada satu pasien lagi yang harus kami kunjungi, namanya Firna Yakire. Bocah berusia dua tahun ini mengalami hidrosefalus. Perjalanan menuju rumahnya tidak terlalu ekstrem, namun rumah mereka tersembunyi dari perumahan lainnya.

#

KULINER COTO MAKASSAR


Coto Makassar yang disajikan di warung ini konon cita rasanya sangat otentik. Memang, rasa coto ini lebih enak daripada yang dijual di kota asal saya. Coto dengan campuran kacang tanah yang dihaluskan dan isian daging atau jeroan sapi, disajikan bersama ketupat atau buras, saya pilih buras karena jarang ditemukan di kota asal saya. Dan memang, rasa cotonya enak dan ngangenin, porsinya semangkok kecil aja. Aku tu pengen nambah tapi malu kenyang karena sebelumnya sudah makan mie ayam. Alhamdulillah, kami ditraktir oleh salah satu relawan...

#

Perjalanan liputan kami masih berlanjut hingga hari ke enam...
Simak ceritanya di artikel berikutnya yaaa... :)

- bersambung -

‒ Teks oleh : Nisya Rifiani / Juni 2018 ‒
‒ Dokumentasi Foto oleh : Nisya Rifiani & Shinta Wuri Handayani ‒
:: Don’t copy any materials in this blog without permission ::

You Might Also Like

4 comments

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe